Selasa, 16 September 2014

CERPEN CINTA

AKU MEMILIH SETIA


Pikiranku kembali menerawangi langit dikala senja. Ya, karena aku adalah gadis pengagum senja. Dan senja bagiku adalah teman sejatiku disaat aku kehilangan teman nyataku. Sesekali aku melihat deburan ombak yang menyentuh kulitku. Nyes. Sejuk itu merasuk hingga ke dalam jiwakku. Aku yang tengah asyik bernostalgia dengan senja dan ombak, tiba-tiba dikagetkan oleh seorang pria.
Aku menolehnya dan ia tersenyum padaku. Senyuman itu yang selalu menjadi penghuni hatiku saat ini. Ia mendekatiku dan duduk di sampingku seraya memainkan butiran-butiran pasir.
“Mau pulang sekarang atau nanti,” tanya pria itu. Namun pandanganku masih menatap luas ke arah laut yang tiada batas itu.
“Sebentar lagi ya mas, aku masih mau menikmati angslupnya senja itu di balik Pantai Pacitan ini.”
“Nanti tidak dicariin ibu?”
“Aku tadi sudah meminta izin untuk keluar bersamamu.”

Pria itu masih tetap diam, dan mengikutiku menikmati angslupnya senja. Lantunan tabuhan gendang dari arah surau sudah kudengarkan perlahan. Aku bangkit dari tempat dudukku dan menuju tempat parkir sepeda motor, juga diikuti Mas Farhan. Ya, pria itu adalah Mas Farhan yang kukenal 4 tahun yang lalu.
Perkenalan itu terjadi saat aku menghadiri resepsi pernikahan temanku di desa jenangan dan aku hampir lupa bagaimana pertemuaan itu dulu. Namun aku masih ingat pertemuan itu meninggalkan rasa kagum di hatiku.
Beberapa menit kemudian, sepeda motor yang aku tumpangi bersaama Mas Farhan itu memasuki halaman rumahku. Bapak ibu mempersilahkan Mas Farhan masuk dan kudengar mereka tengah asyik berbincang. Selesai kubersihkan diriku, aku menemui mereka di ruang tamu yang hanya ada beberapa sofa yang sudah tua.
“Rencananya, insyaallah minggu depan saya akan merantau keluar kota.” kata Mas Farhan.
“Lha kapan kiranya nak Farhan mau melamar Yuyum?” tanya bapak setelah menghisap sulutan rok*knya.
“Insyaallah secepatnya pak.”
“Berapa lama mas?” tanyaku.
“Insyaallah secepatnya dek. Do`akan mas supaya cepat punya modal untuk melamarmu”.
Semua orang di ruang tamu terlihat diam, termasuk aku dan Mas Farhan.

Selesai perbincangan itu Mas Farhan pamitan pulang. Dan sejak itu aku sangat takut kehilangan Mas Farhan, apalagi ia ingin menikahiku.
Seminggu kemudian yang ditunggu datang juga. Mas Farhan akhirnya berangkat merantau juga. Ia juga berjanji akan mengirimkan kabar padaku sesering mungkin.
Bulan pertama ia sering menelefonku. Entah basa-basi atau sekedar menanyakan keadaan bapak ibu. Begitu selanjutkan beberapa bulan kedepan.
Ku mulai menghitung 3 bulan terakhir ia jarang menghubungiku, jangankan untuk menanyakan keadaan bapak ibu, menanyakan keadaanku saja ia jarang sekali. Awalnya alasan banyak kerjaan dan lama-lama alasan itu sudah tidak masuk akal. Hatiku mulai resah. Bagaimana tidak, aku wanita yang sudah berumur hampi 27 ini belum dinikahi juga. Kuhitung lagi 1 bulan terakhir ia sudah menghubungiku lagi. Aku semakin sepi dan bertanya-tanya, mau dibawa kemana hubungan ku ini?.

Masalah ini menyita waktu ku juga pikiranku. Ibu yang selalu memperhatikan ku juga sedih melihat keadaanku.
“Bagaimana dengan Farhan?” tanya ibu suatu hari di teras rumah yang melihatku duduk termenung sendiri.
“Ndak tahu bu. Dia sudah tidak menghubungiku lagi”.
“Lha terus kapan ia akan melamarmu?”
Aku hanya diam dan menikmati butiran air hujan yang turun menyentuh pucuk-pucuk daun itu.
“Daripada lama-lama menunggu dia tanpa kabar, ya kamu cari saja yang lain.”
“Ndak semudah itu bu.” Ibu hanya diam saja melihat diriku seperti ini..

Hari berganti hari, minggu telah berganti minggu. Penantian ini masih nihil hasilnya. Nyatanya Mas Farhan sampai saat ini belum menghubungiku. Akhirnya dengan kesepakatan bersama, aku mau dijodohkan dengan lelaki pilihan bapak dan ibu.

Mas Yusuf, lelaki yang akan dijodohkan denganku itu. Dia tidaklah tampan seperti Mas Farhan, namun ia lebih soleh dan menomor satukan agama. Dua minggu aku mengenalnya dan Mas Yusuf melamarku. Jujur saja tidak ada sedikit pun rasa cinta ini untuknya. Aku lakukan semua ini demi kepatuhanku sebagai anak kepada orangtuaku, dan disamping itu aku sudah menunggu Mas Farhan terlalu lama. Akhirnya aku dan kedua orangtuaku menerima lamaran itu. Mereka juga sudah menentukan tanggal pernikahannya.

Sebulan sudah aku dilamar Mas Yusuf, dan sepuluh hari sebelum acara itu dimulai. Aku dikagetkan oleh kedatangan seseorang yang telah menghilang dulu, Mas Farhan. Ia datang untuk menepati janjinya.
“Dek, sekarang aku datang. Aku akan menepati janjiku.”
“Janji apa? janji itu sudah melayang, sudah pudar.”
“Maksud kamu?”
“Selama ini mas kemana saja. Dulu mas berjanji akan selalu memberiku kabar atau menelefonku. Tapi beberapa bulan terkahir mas menghilang begitu saja tanpa pamitan padaku, nomor mas juga tidak bisa dihubungi. Sekarang mas datang dan mau menepati janji.” suaraku sedikit sinis.
“Maafkan mas dek, waktu itu mas benar-benar sibuk dan nomer mas sudah mas ganti. Karena banyak teroris yang selalu menghubungi mas”.
“Sudah lah mas, semua alsan mas itu mas simpan sendiri. Maaf mas, aku sudah dijodohkan dengan orang lain pilihan bapak ibu.”
Air mata menetes di pipi Mas Farhan, kulihat wajahnya sangat pilu, luka dan mungkin sangat perih.
“Maafkan saya mas. Saya lebih memilih setia pada suami saya, meski saya tahu cinta mas begitu besar. Ini semua demi kepatuhanku terhadap bapak ibu yang jasanya tiada pernah bisa kuhitung”.
“Jika pilihan dek Yuyum begitu, baiklah mas hanya bisa mendo`akanmu semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Aamiin.” katanya sedikit serak.
Setelah itu Mas Farhan pamitan pulang, dan aku. Aku akan terus setia pada Mas Yusuf juga akan menjadi istri yang soleha baginya.





TAKDIR CINTAKU

Aku sedang membereskan kamar baruku, 3 hari yang lalu adalah hari pernikahanku dengan orang yang selama ini aku cari, ketika aku membereskan buku-buku aku melihat foto yang berserakan dan aku lupa membereskannya. Saat aku menata foto-foto tadi ada satu foto saat masa SMA yang aku ingat dan mengembalikanku pada masa lalu. Masa-masa SMA yang tak pernah terlupakan.
Hari itu hari pertamaku masuk Sekolah Menengah Atas dan hari pertamaku masuk ekstakulikuler yang aku pilih yaitu beladiri. Setelah jam pelajaran selesai aku langsung menuju aula tempat latihan beladiri. Ternyata latihan sudah dimulai, karena aku sangat malu jadi aku memilih untuk pulang. Saat berbalik badan ada seorang laki-laki yang lebih tinggi dariku masih berseragam putih abu, saat aku menengok ke atas ternyata itu ketua dari ekskul beladiri. Tambahlah aku malu karena ketauan tidak jadi latihan “kamu mau kemana? kenapa gak jadi latihan?” katanya heran
“A.. em.. sss… saya mau ganti baju dulu kak, permisi” kataku gugup sembari pergi.
“Tunggu!!” katanya sambil memegang tanganku
“Kamu mau kemana? kan ada wc putri sebelah aula ini?” dia bertanya
“Ohh.. maaf kak saya gak tau, sssa.. saya baru ikut eskul ini kak” kataku stuck karena sebenarnya aku tau di sebelah aula ada wc putri, lalu tiba-tiba “Nama kamu siapa? udah pernah ngisi formulir?” dia bertanya.
“Olivia kak, panggil aja Oliv. Oh iya pernah kok kak. Kalau boleh tau kakak kelas berapa?” Aku mencoba untuk beradaptasi,
“ya udah kalau udah. Oh iya perkenalkan nama saya Rafa kebetulan saya kelas 11 IPA 2, kamu?” dia mengulurkan tangan.
“salam kenal kak. Saya kelas 10 2 kak” kataku sambil mengulurkan tangan juga.
Akhirnya kami saling mengobrol dan tak terasa jam latihan beladiri pun sudah selesai, teman-teman beladiri yang lain sudah berbubaran ke luar aula untuk pulang. “Aduh.. udah jam setengah 6 aja ini waktu, maaf ya gara-gara saya kamu jadi gak ikut latihan hehe. Oh iya boleh minta nomor handphone?” katanya,
“Oh iya kak boleh kok. 085221868283, kalau gitu saya permisi pulang duluan ya kak” kataku pamit pulang.
“Oh iya silahkan, hati-hati dan makasih ya” katanya.
“Iya ka sama-sama” kataku sambil jalan untuk pulang.

Setelah beberapa bulan aku mengikuti eskul ini gak tau kenapa tiba-tiba timbul rasa suka, nyaman, dan setiap bertemu dia hatiku dag dig dug tidak karuan bisa dibilang mungkin aku sedang jatuh cinta padanya.
Setelah latihan seperti biasa aku selalu pulang bersama teman yang lainnya termasuk Ka Rafa. Malam harinya tiba-tiba Kak Rafa menelfonku, lalu kami berbincang-bincang tentang mantan satu sama lain disertai canda dan tawa yang selalu kami lakukan tiba-tiba di akhir pembicaraan kami Kak Rafa mengatakan sesuatu “Emm, Oliv. Kamu… kamu.. kamu mau jadi pacar saya?” hatiku langsung berdetak tak karuan dan perasaanku campur aduk antara kaget, senang, gak nyangka, dan bingung harus jawab apa tiba-tiba aku mengatakan sesuatu yang tak kusadari “Iya Oliv mau”. Semenjak hari itu detik itu tanggal 20 Agustus pukul 20.30 WIB aku resmi menjadi pacar seorang ketua eskul beladiri yang keren, kalem dan hitam manis itu.
Hari demi hari bulan demi bulan kami lewati suka, duka senang dan sedih. Tepat 4 bulan kami pacaran dan akhir-akhir ini kami selalu saja berantem entah itu masalah yang sulit atau sepele sekalipun kami selalu debatkan. Jujur aku bosan dengan semua ini, dengan hubungan kami yang tidak seperti dulu lagi bahkan smsan atau telfonan pun jarang. Ada ketakutan terbesar dalam hatiku, aku takut dia masih mencintai mantan pertamanya dan aku takut aku cuman dijadikan pelampiasan saja.
Tiba-tiba handphoneku berbunyi dan ada sms dari Ka Rafa “Hari ini kita ketemuan di tempat biasa jam 4 sore ya. Saya tunggu” katanya singkat. Aku tidak mau membalas sms tersebut biarlah aku datang dan menuruti apa yang dia mau nanti.
Aku melihat jam tangan dan waktu sudah menujukkan jam 15.45 WIB itu artinya 15 menit aku sudah harus sampai taman tempat kami akan bertemu. Setelah sampai di taman ternyata dia sudah menungguku dan aku duduk di sampingnya dengan gugup, karena aku sudah lama tak bertemu dia, dan ini seperti pertama kali jalan berdua dengan dia 4 bulan yang lalu. “Ka.. kamu apa kabar?” dia memulai percapakan
“Baik. Kakak?” kataku singkat.
“Baik juga. Emm kakak rasa hubungan kita udah mulai gak bener semakin kita ketemu semakin kita sering berantem. Kakak rasa kita udah gabisa kaya dulu lagi. Hubungan kita cukup sampai disini dan kita jadi teman saja bagaimana?” Katanya pelan, air mataku turun tanpa kusadari
“Memangnya kenapa? Kakak masih cinta kan sama mantan kakak itu? Kenapa kakak mau jadi pacar aku kalau kakak masih cinta sama mantan kakak? Kakak tau? Sekarang hati Oliv sakit kak. Kakak gak pernah ngerasain apa yang Oliv rasain kan? Kakak egois!!!” kataku marah kecewa. Aku sudah tak tahan lagi dan aku pergi begitu saja dan dia hanya diam menunduk tanpa mengejarku atau berkata apapun.

1 minggu setelah aku putus dari Ka Rafa dan benar saja kata Ka Tirta sahabat Ka Rafa dia sedang dekat dengan mantannya bernama Ayu. Dari sana aku sering sekali cerita tentang kesedihanku pada ka Tirta. Semakin hari aku dan ka Tirta semakin dekat dan kami sering cerita tentang segalanya walau dia sudah punya pacar tetapi aku merasa nyaman berada di dekatnya. “De, kayanya kakak mau putusin pacar kakak aja deh. Soalnya kakak udah gak nyaman sama sikap dia yang selalu selingkuh di belakang kakak dan melalukan kebohongan ini itu” aku mendapat sms dari ka Tirta, “Ya udah kalau misalnya kakak cape gak mau makan hati lagi dan itu yang terbaik buat kakak sama pacar kakak, ade setuju” kataku.
Semenjak hari itu kita semakin dekat dan selalu main bersama entah itu nonton ataupun touring. Gak tau kapan persisnya kami jadian tapi kita udah kaya yang pacaran, tapi kami menjalani ini dengan sembunyi-sembunyi karena kak Rafa sahabat dari kak Tirta dan kami satu eskul. Akhirnya kak Tirta memberanikan diri untuk bicara dengan kak Rafa “Raf, emm gimana kalau aku pacaran sama Oliv? kamu gak apa-apa?”, lalu kata ka Rafa “Iya ga apa-apa kalau kalian bahagia, lagian aku gak bisa bahagian dia karena aku masih sayang sama Ayu. Jaga dia baik-baik ya ta” sambil tersenyum. Setelah kami mendapat restu ada suatu kelegaan dalam hatiku karena aku merasa pacaran diem-diem itu gak tenang kaya pencuri yang bersembunyi karena takut ketauan warga.
6 bulan sudah berlalu dan hubungan kita baik-baik saja, sekali-kali kami bertengkar layanknya orang pacaran, tapi makin hari aku rasa hubungan kita ada yang salah. Kami selalu berantem hebat yang ujung-ujungnya membahas masa lalu, padahal kami sudah melupakan itu. Akhirnya dia menghilang, aku sms gak dibales aku telfon direject sampai akhirnya aku telfon nomorya tidak aktif. 1 minggu dia menghilang, aku tungguin. 2 minggu kemudian dia baru ada kabar dan tiba-tiba sms “Hubungan yang cocok untuk kita saat ini mungkin adalah pertemanan” aku terkejut melihat sms dari dia yang menghilang tiba-tiba lalu datang kembali dan berkata seperti itu. Tak kusadari aku meneteskan air mata untuk kedua kalinya karena masalah cowok. Aku tak mau berkata apa-apa, aku tak mau memperpanjang masalah, aku cuman bisa pasrah saat itu. Hingga aku mendengar dia telah mempunyai seseorang pengganti diriku yang mungkin lebih baik dariku, dan semenjak saat itu aku kapok dengan yang namanya pacaran, tapi aku galau kalau kata orang sekarang aku itu susah move-on. Yaiyalah susah gimana gak susah coba tiap hari selama 6 bulan ketemu dan dia selalu ada buatku disaat senang maupun sedih, tapi aku tak mau terus dibayangi oleh bayang-bayang masa lalu bersamanya.
Teman-temanku sempat ingin menjodohkanku dengan teman sekelas. Iya sih memang kami sering pulang bersama dan aku merasa nyaman sama dia, tapi sepertinya dia biasa aja dan menganggap kami hanya sekedar teman yang sering pulang bareng karena rumah kami searah. Samapi akhirnya dia pacaran dengan teman sekelasku juga. Semenjak saat itu aku cuman pasrah sama keadaan, toh jomblo juga gak sendirian-sendirian amat masih ada sahabat yang selalu ada buat kita sampai kapanpun.
Sempat waktu itu aku pernah melihat foto kelas 11 IPA 1 cowo semua dan aku melihat sosok laki-laki keren karena memakai jam tangan. Konyol gak sih? tapi ya itu cinta bisa datang kapan aja dan dimana aja. Aku cari tau namanya siapa dia suka apa dan lain lain, dan dia bernama Nata. Tenyata setelah 1 minggu aku mengaguminya dia telah memliki seseorang teman 1 angkatan kita, ya sudah terpaksa aku cuman mengaguminya ya istilahnya jadi secret adminer gitu deh. Anehnya setiap ada training tentang kampus yang aku idamkan mungkin juga dia kami selalu ketemu dia salah satu tempat entah itu pertanda atau hanya kebetulan ya aku gak tau hehe.
Akhirnya aku lulus dan aku masuk kuliah di universitas negeri yang aku inginkan, dan tak ku sangka aku satu kampus, satu jurusan dan satu kelas dengan kecenganku dulu. Hingga akhirnya kami dekat dan setelah kami lulus dan mendapat gelar Sarjana dan Profesi dia membawaku untuk makan malam dan merayakan keberhasilan kami. Saat kami makan malam, tiba-tiba suasana di restaurant tersebut menjadi romantis dan dia mengeluarkan sebuah kotak merah yang di dalamnya berisi cincin sepasang dan dia berkata “Will you marry me?” tanpa berpikir panjang aku langsung menjawab “Yes, I will”

“Oliv, Oliv.. kamu dimana sayang?” ada yang teriak memanggilku, aku menjawab
“Disini, di kamar aku sedang beres-beres kamar, dan lihat deh?” aku menunjukkan foto kami saat SMA yang kami tidak sadar pada saat itu kami difoto bersebelahan. “Ternyata dari dulu kami udah ditakdirkan untuk bersama ya sayang” katanya sambil tersenyum dan mengusap rambutku “Iyaaa” aku balas dengan senyuman kembali. Ternyata Tuhan telah memberikan pentunjuk padaku bahwa saat itu aku menyukai dia dan sering bertemu tanpa disengaja, satu kampus dan satu kelas dengannya hingga kita dekat adalah pertanda bahwa aku telah bertemu jodohku, sosok yang aku idam-idamkan dan aku tunggu-tunggu hingga akhirnya kami menikah. Siapa sangka yang tadinya aku seorang secret adminer sekarang sudah menjadi istrinya. Kalau jodoh gaakan kemana dan gak akan ketuker karena Tuhan telah menjodohkan kita saat kita dilahirkan di dunia ini.




I LOVE YOU MY.Engel

Pagi hari.
Hari ini Puspa, sedang berada di Perpustakaan yang tak jauh dari rumahnya. Dia datang sejak jam 7 pagi. kini dia tengah asyik membaca salah satu buku cerpen sambil duduk di salah satu bangku yang tersedia di perpustakaan tersebut.
“Hai, boleh gabung gak?”. ujar sesorang pria yang duduk di sampingnya. Puspa menoleh ke sumber suara tersebut.
“boleh kok”. sahut Puspa dengan ramah.
“lagi asyik baca ya? maaf ya aku ganggu kamu”. ujar pria itu.
“hm, enggak kok, santai aja”. sahut Puspa.
“nama aku Josua, nama kamu siapa?”. ujar pria tersebut sambil memperkenalkan dirinya pada Puspa.
“nama aku Puspa. kayaknya kamu orang baru deh di sini?”. ujar Puspa.
“iya, aku berasal dari Medan, Aku pindah di sini karena papaku bekerja di sini”. sahut Josua.
“Oh, orang Medan…”. ujar Puspa. Josua mengangguk.
“Hm, boleh tau buku apa yang kamu baca ini?”. tanya Josua. Puspa menunjukakan cover buku tersebut, dan cover itu berjudul I Love You My Angel.
“Kamu suka cerpen?”. tanya Josua lagi.
“Iya, kalau kamu?”. tanya Puspa balik.
“Iya juga”. sahut Josua.
“Hm, Kamu ke sini sendirian?”. tanya Puspa.
“Iya”. sahut Josua.
“Rumah kamu mana?”. tanya Puspa.
“Di jalan Mawar Indah Block A nomor 12″. sahut Josua.
“wah, berarti rumah kita dekat dong?”. ujar Puspa.
“Emangnya rumah kamu di mana?”. tanya Josua.
“Di jalan Mawar Indah Block A nomor 2″. sahut Puspa.
“Hm, berarti aku boleh main dong ke rumahmu?”. ujar Josua.
“boleh banget”. sahut Puspa.
“hm, ya udah lanjut’in aja bacanya”. ujar Josua. kemudian Puspa melanjutkan aksi bacanya. Josua juga melakukan hal yang sama.

Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 11.00 pagi menjelang siang.
“Udah jam sebelas nih, kita pulang yuk?”. ujar Puspa sambil mengembalikan buku itu ke rak buku.
“yuk..”. sahut Josua dan melakukan hal yang sama.
Kebetulan, Josua dan Puspa sama-sama membawa sepeda. Mereka beranjak pergi meninggalkan perpustakaan tersebut.

“Nah, ini nih rumahku”. ujar Puspa pada Josua sesaat setelah sampai di depan rumah Puspa.
“Oh, ini rumahmu.. di sana rumahku”. sahut Josua sambil menunjuk ke arah rumahnya yang tak jauh dari rumah Puspa.
“Oh.. gak mampir dulu nih?”. ujar Puspa.
“Nanti sore aja. Hm, aku pulang dulu ya… bye Puspa”. sahut Josua sambil melambaikan tangannya. Puspa tersenyum dan juga melambaikan tangannya.

Di dalam rumah.
“Aku pulang…”. ujar Puspa kemudian berjalan menuju ruang tamu.
“Tadi mama dengar ada suara cowok, siapa dia?”. tanya mama Puspa.
“Dia Josua. tetangga baru kita. Dia pindahan dari Medan”. sahut Puspa sambil duduk di sebelah mamanya.
“Oh.. anaknya tante Erris itu ya?”. tanya mama Puspa lagi.
“Loh, Mama udah saling kenal?”. tanya Puspa balik.
“Iya, tadi Mama bertemu sama tante Erris di pasar. tante Erris bilang dia orang baru di sini”. sahut mama Puspa. Puspa mengangguk sambil mengatakan “Oh..”.
“hm, Puspa ke kamar dulu ya “. Ujar Puspa kemudian berjalan menuju kamarnya.

Di Dalam Kamar
Puspa POV
Josua.. hm, nama yang bagus, sama seperti orangnya. Dia tampan, tinggi, berkaca mata, murah senyum, ramah dan… Hei!! apa yang ku pikirkan ini!!

Di Dalam Kamar Josua
Josua POV
Perempuan itu, sungguh berbeda dari perempuan biasanya. Dia cantik, ramah, supel, berambut panjang… hm, woyyy!! apa-apaan aku ini!! sadar Josua… sadar…

Author POV
Jam telah menunjukkan pukul 04.00, dan ini saatnya bagi Josua pergi ke rumah Puspa.
“Permisi…”. ujar Josua sambil mengetuk pintu rumah Puspa. tak lama kemudian, seseorang membukakan pintunya.
“Eh, Josua… yuk masuk..”. ajak Puspa. Josua mengikutinya.
“Ma, ini Josua, teman baru Puspa”. ujar Puspa sambil memperkenalkan Josua kepada mamanya.
“Josua”. ujar Josua sambil bersalaman kepada mama Puspa.
“Oh, jadi ini yang namanya Josua. Silahkan duduk. Mama bikinkan minum dulu ya”. ujar mama Puspa lalu beranjak meninggalkan Puspa dan Josua.

Mereka sedang asyik mengobrol mengenai tempat tinggal sampai mengenai percintaan.
“Eh, kok kita bahasnya ke arah percintaan gini sih.. hahahah”. ujar Puspa disertai tawa.
“gak tau tuh… hm, kalau boleh tahu, Usia kamu berapa tahun?”. tanya Josua.
“15 tahun, kalau kamu?”. ujar Puspa.
“Sama, aku juga 15 tahun”. sahu Josua sambil tersenyum.

Tak lama kemudian, mama Puspa datang sambil membawa nampan berisi minuman.
“Nah, ini minumannya”. ujar mama Puspa sambil memberikan gelas berisi jus Kweni kepada Josua dan Puspa.
“Makasih tante”. sahut Josua. mama Puspa tersenyum.
“Sama-sama”. sahut mama Puspa lalu beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.
Mereka kembali mengobrol sesekali bercanda.

“Eh, Puspa, udah jam 7 malam nih, aku pulang dulu ya… besok kan libur, hm, gimana besok kalau kita pergi ke taman yang gak jauh dari sini?”. tanya Josua.
“Boleh juga tuh… oke, makasih ya udah main ke sini..”. sahut Puspa.
“aku yang berterima kasih, karena udah di izinin main ke rumah mu”. ujar Josua.
“hm, makasih kembali ya… “. sahut Puspa. Josua tersenyum. Puspa mengantar Josua sampai di gerbang rumah Puspa.

Malam hari
Puspa POV
Malam ini, bagiku malam yang paling berbeda dari malam-malam sebelumnya, bagaimana bisa? seseorang yang baru saja ku kenal ini, telah mengisi hariku.
Dari tadi aku menunggu SMS yang masuk dari HP ku. siapa lagi kalau bukan dari Josua… heheh… tampaknya aku mulai menyukai dia… argh, apa yang ku pikirkan ini? memang, aku tak dapat menyangkal hatiku, tapi, apakah mungkin dia juga merasakan hal yang sama sepertiku?

Tak lama kemudian, HP ku berdering menandakan ada SMS masuk, aku segera menyalakan HPku. dan… Yesss, ternyata SMS itu dari Josua…
“Hai, Puspa..”. ujar si pengirim SMS itu yang bernama Josua.
“Hai juga Josua”. sahut Puspa membalas SMS itu dengan hati berdebar.
“Maaf ya aku ganggu”. ujar Josua
“Ah, enggak kok..”. sahut Puspa
“Hehe. lagi apa nih?”. tanya Josua.
“Hm, lagi boring “. sahut Puspa.
“Oh, boleh gak aku temenin?”. tanya Josua
“Boleh banget”. sahut Puspa.
dan seterusnya…


Keesokan harinya
Puspa dan Josua berjalan-jalan di taman, sambil berbincang-bincang. kemudian Josua mengajak Puspa untuk duduk di bawah pohon yang rindang.
“Hm, Puspa”. ujar Josua dengan sedikit guuggup
“iya?”. sahut Puspa
“Hm, aku suka kamu”. ujar Josua sambil meraih tangan Puspa. Hatinya berdegup.
“Jo, kamu serius?”. sahut Puspa sambil menatap tajam mata Josua.
“Iya, aku suka kamu”. ujar Josua
“A.. aku.. juga”. sahut Puspa terbata-bata.
“KAmu mau gak jadi My Angelku?”. tanya Josua. Puspa mengangguk. Lalu Josua memeluk Puspa.
“Kamu cinta pertama ku, dan aku berharap kamu juga jadi cinta terakhirku..”. ujar Josua.
“I Love you my angel..”. ujar Josua lagi.




DARI IMPIAN MENJADI KENYATAAN


Hari itu, hari dimana awal aku bertemu denganmu, hari dimana aku mulai mengenalmu, mulai mencintaimu, pertemuan yang tak disengaja, yang menghadirkan cinta di antara kita.
Bermula dari kesalahan yang telah diperbuat temanku, sampai aku bisa mengenalmu…
“Aku tidak tau harus berkata apa waktu itu?”
dikala itu kamu sibuk dengan urusanmu, begitu pula denganku..
bisa di bilang kalau itu adalah cinta pada pandangan pertama, banyak orang yang mengatakan jika cinta pada pandangan pertama itu sangatlah indah dan tak terlupakan…

Aku sendiri bisa merasakan jika itu indah, Kamu itu menyenangkan, lucu, kalau diajak bicara nyambung, nyambung dalam tanda kutip enak kalau diajak bicara…
Mungkin jika waktu itu tidak hujan, kita tidak mungkin bertemu… sejak itu aku sudah mulai merasakan ada sesuatu yang berdesir di dalam hatiku ketika bertemu denganmu, tiap aku melihatmu, jantungku selalu berdebar-debar, tapi aku selalu menyembunyikan rasa itu dari semua orang
Senyumanmu membuatku selalu berharap terus bisa melihatmu tersenyum untukku, senyum yang membuatku semangat, senyum yang selalu menghadirkan keindahan, senyum yang mendatangkan cinta yang tulus dari lubuk hati…
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, sudah lama aku pendam rasa itu, tanpa ada seorang pun yang tau termasuk sahabatku sendiri…
Sampai akhirnya aku mendengar kata kata yang membuatku terkejut, bahkan memberikan harapan untukku…
Dan memberikan sebuah rasa penasaran yang cukup besar yang tertanam di dalam hatiku…
Semakin hari aku semakin penasaran, tingkahmu yang membuatku bisa merasakan jika kamu memiliki rasa yang sama dengan apa yang aku rasakan, rasa yang pasti dialami oleh semua manusia di bumi ini, Rasa yang hadirnya tidak disangka, Karena aku tak sanggup menyimpan ini semua, akhirnya aku mulai menceritakan kepada sahabat sahabatku… aku senang ketika mengetahui bagaimana respon mereka…
Semakin hari, aku tambah yakin jika kamu mempunyai rasa yang sama denganku dan sampai akhirnya, malam itu datang, malam dimana kesempatan untuk aku tau tentang persaanmu, Akan tetapi aku harus sedikit bersabar dan aku pun tidak mau terburu buru menyatakan rasa yang sudah lama ku pendam ini, Dan sampai esok harinya, aku mengerti jika kamu sudah tau kalau aku menyukaimu, aku bisa merasakan itu, perasaan wanita nggak mungkin salah…
Sampai mentari tertidur dan sang rembulan mulai bangun untuk menerangi malamku, jantungku berdebar-debar, sebenarnya aku tau jika kamu tau perasaanku terhadapmu, aku sudah gelisah, aku harus bagaimana waktu itu? Aku bingung, aku takut akan responmu, akan hal apa yang akan engkau perbuat…
Dan ketika sang bintang telah bertaburan menari-nari mendampingi sang rembulan malam, perasaan itu terungkap sudah, Rasanya hatiku lega banget, aku senang kamu akhirnya tau gimana perasaanku terhadapmu.. Tapi ketakutan melanda hatiku, merasuki jiwaku, aku takut akan responmu…
Pada keesokan harinya, hari yang paling bersejarah buat hidupku, mungkin jika tanpa bantuan sahabat sahabatku, aku tetap dalam ketakutan akan responmu atau bahkan aku akan berharap-harapan tak jelas, Rasanya aku ingin sekali berteriak sekeras mungkin waktu itu “senanggg bangetsss” CINTA yang dulu hanya dipendam kini telah menyatu…
CINTA yang selalu menghadirkan canda tawa, menghadirkan semangat…
CINTA yang membuat orang untuk belajar lebih baik lagiii, belajar mengerti pasangannya…
Kini CINTA ku telah hadir dalam hidupku…
CINTA yang dulu hanya mimpi kini telah menjadi kenyataan…

Kamulah “PANGERAN HATIKU” yang mampu membuatku selalu merindukanmu, selalu resah bila tidak bertemu denganmu, kamu yang mampu menakhlukkan hatiku, Aku ingin berbagi segalanya denganmu, karena kamu dan aku, nafasmu nafasku, sakitmu sakitku, sedihmu sedihku, canda tawamu canda tawaku, kita adalah satu, Karena hatimu dan hatiku telah menyatu…

Aku ingin jadi yang terakhir untukmu, dan aku ingin kamu yang terakhir untukku, walau di waktu susah maupun senang, kita harus tetap bersama, menghadapai semua cobaan yang menghadang di depan mata bersama-sama



CINTA DALAM PERBEDAAN


Namaku Naya, mungkin aku termasuk anak yang beruntung. Sebab, aku mendapat beasiswa untuk bersekolah di sebuah SMA yang terbilang sekolah elit dan modern karena mayoritas anak-anak disini adalah anak orang kaya. Berbeda denganku yang hanyalah seorang anak tukang nasi goreng. Dan hal ini patut ku syukuri. Walaupun aku tak pantas bersekolah disini, tetapi prestasiku harus tetap kutingkatkan.
Hari ini adalah hari pertamaku di sekolah. Memang benar sekolah ini sangat megah dan elit, batinku.
“Heh, lo! Siapa lo? Kayak baru liat” tanya seorang cewek yang terlihat judes dan tampaknya dia kakak kelasku.
“Saya Naya kak” jawabku.
“Oh jadi lo anak yang dapat beasiswa itu?” tanyanya lagi
“Iya..” jawabku.
“Ternyata bener ya, lo itu kampungan dan norak abis. Gak cocok banget. Ini sekolah buat anak-anak orang kaya seperti kita, bener gak guys?”
“Bener banget tuh” kata teman-temannya.
Tiba-tiba ada seorang cowok yang datang menghampiri kami.
“Lidya! Ada apaan nih?” tanya cowok itu.
“Ini loh sayang, ada seorang anak kampung datang ke sekolah kita”
“Nah, terus? Dia gak boleh sekolah disini gitu? Memangnya kenapa kalo dia sekolah disini? Siapa aja pantas kok sekolah disini.” ujar cowok itu.
“Lahh.. Sayang kok belain dia sih?” tanyanya lagi.
“Ya sudah, ayo saya tunjukin kelas kamu” ujar cowok itu seraya menarik tanganku dan meninggalkan kakak kelas yang judes-judes itu.

Cowok yang belum kuketahui namanya itu mengantarkan aku ke kelas X-B, kelasku. Dia baik sekali dan sangat tampan.
“Ini kelas kamu” ujarnya
“Makasih ya kak” jawabku
“Ehm, gak usah panggil kakak. Anggap aja kita sebaya. Aku masih kelas 2 kok. Gak beda jauh umurnya” katanya sambil tersenyum.
“Namaku Naya Sabrina” ujarku seraya mengulurkan tangan mengajak berjabat.
“Namaku Rio Abrasya. Kamu bisa panggil Rio” ujarnya sambil membalas jabatan tanganku.
“Eh, tadi kamu gak diapa-apain sama Lidya kan? Dia itu memang usil banget” sambungnya lagi.
“Nggak kok, aku gak diapa-apain”
“Bagus deh, kalo gitu aku pamit ya. Udah mau bel nih.”
“Iya”

Akupun memasuki kelas dan ada yang mengajakku duduk bersama dan kami berbincang-bincang.
“Hei, duduk disini aja sama aku” katanya.
“Makasih ya” jawabku sambil bergegas duduk disebelahnya.
“Nama aku Latifa, bisa di panggil Tifa” katanya.
“Namaku Naya Sabrina”
“Tadi kamu kok sama kak Rio sih?”
“Tadi dia nunjukin dan nganterin aku ke kelas ini”
“Kamu beruntung ya, kak Rio itu ganteng, baik, ramah. Tapi sayangnya…”
“Kenapa?”
“Ada kak Lidya yang mati-matian naksir dan ngejar-ngejar dia. Lidya itu cewek paling jahat di sekolah ini. Dia itu panas banget kalo lihat Rio deket sama cewek lain”
“Oh kak Lidya”
“Iya, kamu kenal?”
“Gak kenal sih, cuma tadi aku ketemu sama dia”

Beberapa lama aku di sekolah ini, aku merasa nyaman sekolah disini. Aku mendapatkan banyak teman dan ternyata mereka tidak memandang status sosialku yang jauh berbeda di bawah mereka. Hari ini aku dan Tifa pergi ke kantin. Saat aku tengah membawa makanan, aku tak sengaja menabrak Lidya dan menumpahkan minuman yang dipegangnya, sehingga bajunya kotor dan basah.
“Heh, anak kampung. Lo punya mata gak sih?”
“Maaf banget kak, aku gak sengaja”
“Enak banget lo bilang gak sengaja. Dasar anak kampung!!”

Lidya membalasku dengan menumpahkan minuman ke bajuku. Aku tak mampu berkata apa-apa. Aku benar-benar ingin menangis saat Lidya mengatakan aku anak kampung dan dia mencoba menamparku. Alangkah beruntungnya aku karena Rio menahan tangan Lidya.
“Lid, apa-apaan sih lo. Setiap masalah pasti lo selesain dengan emosi.”
“Gimana gue gak emosi say? Liat dong baju gue. Kotor nih gara-gara anak kampung ini”
“Dia punya nama, namanya Naya. Namanya bukan anak kampung. Jangan suka ganti-ganti nama orang”
Rio menarik tanganku dan mengajakku serta Tifa pergi dari kantin yang telah ramai dan dikerumuni orang-orang yang menyaksikan kejadian tadi.
“Kak Rio, sekali lagi makasih ya udah nolongin aku dari Lidya”
“Iya Nay, jangan panggil kakak dong. Lupa ya?”
“Hehehe, maaf kak. Ehhh… Maaf Rio, aku lupa”
“Aku gak suka banget tuh sama sikapnya Lidya”
“Kamu gak malu nolongin aku?”
“Malu kenapa?”
“Iya, Rio. Aku itu cuma anak kampung, aku ini bukan orang kaya. Berbeda dengan kamu, dan anak-anak lainnya. Aku hanya anak penjual nasi goreng.
“Hahahaha” Rio tertawa mendengar perkataanku itu. “Kamu kok ngomong gitu? Aku senang bisa kenal kamu. Dan aku bangga berteman sama kamu”


Sekarang aku mempunyai satu teman lagi, yaitu Rio. Dia memang kakak kelasku yang sangat baik. Nyaman sekali kalau berada disampingnya. Sehari saja aku tak melihatnya, aku merasa kangen sekali. Dan yang anehnya, aku selalu deg-degan kalau di dekat dia.
Malam ini aku membantu ayah dan ibuku untuk berjualan nasi goreng. Aku mendengar suara seorang memesan nasi goreng, dan… Sepertinya aku mengenal suara itu.
“Nasi goreng spesial satu ya”
“Ehhh, Rio. Bentar ya aku buatin nasi gorengnya.”

Aku mengantarkan nasi goreng itu ke Rio.
“Ini nasi gorengnya Rio”
“Makasi ya Naya. Kamu temenin aku makan ya.”
“Oke-oke. Kamu suka nasi goreng?”
“Suka banget, apalagi yang bikinin putri cantik. Enak banget”
“Makasih” aku tersenyum kecentilan mendengar pujian Rio barusan.

Di rumah, saat aku sedang belajar. Ibu menghampiriku.
“Nay, kamu suka sama cowok yang kemarin beli nasi goreng itu ya?”
“Apa-apaan sih ibu. Ibu tau darimana? Ngarang deh”
“Jangan bohongin ibu. Sepulang cowok itu beli nasi goreng, kamu senyum-senyum terus. Ibu tau perasaan kamu.”
“Aku Cuma…”
“Naya, ibu gak mau hati kamu tersakiti. Kita ini orang miskin, nak. Sedangkan dia anak orang kaya. Kita gak pantas bersanding dengan orang kaya seperti dia”
Mendengar ucapan ibu, aku segera masuk ke kamar dan mengunci kamarku. Air mataku menetes mendengar perkataan ibu.
“Ya Allah, aku sudah mencintai Rio. Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya. Tapi kenapa seperti ini? Kenapa cinta ini terhalangi oleh status? Aku belum rela berpisah dengan Rio, ya Allah” tangisku.

Ucapan ibu selalu membayangi pikiranku dan seringkali aku melamun dibuatnya. Aku dan Tifa sedang duduk-duduk di kantin.
“Naya, kamu kenapa sih? Kok melamun terus dari tadi?”
“Gapapa, Tif”
“Nay, menurut gue ya.. Kayaknya kak Rio itu suka deh sama kamu.”
“Ah gila lo Tif, mana mungkin Rio suka sama cewek kampung kayak gue”
“YA IYA LAH! Mana mungkin Rio mau sama cewek kampung, miskin, dan norak kayak lo” tiba-tiba Lidya datang dan memotong pembicaraan kami.
“Kata siapa? Gue itu sukanya sama Naya, bukan sama loe!” Rio juga datang dan membalas perkataan Lidya.
“Eh sayang, apa-apaan sih kamu. Kamu itu pantes sama aku”
“Itu menurut lo. Gue sayangnya sama Naya bukan sama lo. Sekali lagi lo gangguin Naya, lo berhadapan sama gue. Oke”
Dengan kesalnya Lidya pergi dengan wajah semrawut bersama teman-temannya.
“Rio. Maksud kamu apa sih ngomong kayak tadi?”
“Aku serius Nay, aku memang sayang sama kamu. Kamu mau jadi pacarku?”
Seketika perasaanku sangat senang karena Rio mengungkapkan perasaan yang sama kepadaku. Tetapi disisi lain, aku begitu sedih teringat ucapan ibu yang ada benarnya juga. Aku berlari dan meninggalkan Rio. Air mataku menetes mengiringi langkah-langkah larianku. Teriakan Rio yang memanggilku benar-benar tak kuhiraukan lagi.

Setelah kejadian itu, aku menghindar dari Rio. Setibanya pulang sekolah, aku menemuinya di gerbang. Ternyata dia sudah menungguku, aku ingin menghindar, tetapi tidak bisa. Rio menarik tanganku dan membawaku ke sebuah taman.
“Naya, kamu kok menghindar dari aku?”
“Gak kok. Aku gak menghindar dari kamu.”
“Nay, kamu belum jawab pertanyaanku. Kamu mau nggak jadi pacarku?”
“Ngga bisa Rio”
“Kenapa?”
“Penting ya kamu tau alasan kenapa aku nolak kamu?”
“Penting banget. Aku juga tau kalo kamu punya perasaan yang sama seperti aku”
“Kamu gak usah ke PD’an deh. Memang banyak cewek di sekolah ini yang suka sama kamu. Tapi enggak denganku”
“Ya tapi aku harus tau alasannya Nay!”

Aku berusaha pergi dari Rio. Tapi dia menahanku dan menggenggam tanganku.
“Nay dengerin ya. Aku sayang banget sama kamu. Kamu itu berbeda sama cewek lain, kamu istimewa Nay. Kamu berharga buat aku.”
“Sebaiknya kamu lupain perasaan kamu tentang aku. Kita gak cocok, aku gak pantes buat kamu”
“Siapa bilang? Kamu jangan ngomong gitu dong”
“Rio.. Aku ini Cuma anak penjual nasi goreng. Berbeda dengan kamu.”
“Aku itu gak mandang status sosial kamu, Nay. Aku tulus sama kamu”
“Tapi ibu aku gak pernah setuju”
“Biar aku yang ngomong sama ibu kamu, Nay”
Aku pun terdiam beberapa saat.
“Gimana Nay? Kamu mau kan jadi pacarku?”
“Ehm, iya Rio”

Sekarang hubungan kami sudah benar-benar resmi menjadi pacaran. Selepas dari taman, Rio mengantarkan ku ke rumah.
“Assalamualaikum bu.” Ujar Rio.
“Naya, kenapa kamu pulang sama dia?”
“Bu, saya Rio”
“Ada apa kamu datang kesini?”
“Saya mau minta restu dari ibu. Saya sayang sama Naya, bu”
“Kami ini orang miskin. Tidak pantas kami bersanding dengan kamu yang berasal dari keluarga terpandang”
“Keluarga saya tidak pernah memandang kasta atau status bu. Kita semua sama. Saya berjanji akan menjaga Naya”
“Benar seperti itu? Benar kalau kamu akan menjaga Naya?”
“Iya bu. Saya berjanji”
“Baiklah ibu beri restu. Jaga Naya ya. Jangan kamu sakiti dia. Dia itu manja dan cengeng sekali”
“Iya bu”


Sekarang aku sadar, cinta bisa menyatukan segala sesuatu yang mungkin sulit untuk disatukan. Cinta bisa menyatukan segala perbedaan menjadi satu. Cinta tak memandang apapun. Karena cinta datang dari mata lalu turun ke hati. Cinta tidak bisa dibohongi. Cinta adalah dimana seseorang mempunyai perasaan yang tulus tanpa ada pamrih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar